Sabtu, 26 Maret 2011

penjelasan bidah

Ane kumpulkan ulang semuanya menjadi 40 pembahasan,
Ayo Kpd Wahabi Yang
merasa paling pinter,paling
alim,paling hebat dan sdh mencapai
mujtahid,ane mau nanya

ﺃﻥ ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ
ﺿﻼﻟﺔ ﻭﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ
Dlm kalimat ini memuat 40
pembahasan
yg blm terbuka

1.insya tholabi
2.insya goiru tholabi
3.musnad
4.musnad ilaih
5.hazfu muhdhaf
6.qoshar
7.idhofi
8.haqiqi
9.fashal
10.ijaz
11.ithnab
12.janas

13.maudhu'
14.mahmul
15.muqaddam
16.taali
17.muqaddimah shugro
18.muqaddimah kubro
19.qiyas murakkab
20.aksul mustawi
21.tanaqudh
22.had tam
23.had naqish
24.rasm tam
25.rasm naqish
26,alfazh
27.kulliyah mujabah
28.juz-iyah mujabah
29.syikil
30.penggabungan semuanya
31.Terakhir baru NATIJAH

Tambahan lg supaya gak salah dlm pemaknaan

32.kullu kpd muhdatsah itu
idhofat apa?
33.kullu kpd bid'ah itu idhofat
apa?
34.kullu kpd bid'ah itu idhofat
apa?
35.muhdatsah itu mashdar
apa?
36.bid'ah itu mashdar apa?
37.dholalah itu mashdar apa?
38.hurup jar pada finnar
bima'na apa?
39.fi itu muta'alliq nya
kemana?
40.bagaimana penyatuan
beberapa jumlah mubtada'
khabar pd 3 jumlah itu?

APABILA BELUM BISA MENJAWAB SEMUA INI,MAKA JANGAN LAH SEMBARANGAN MENGATAKAN BID'AH KEPADA SESEORANG,KARENA ILMU ANDA BELUM CUKUP,NANTI AKAN MALU SENDIRI

Hehehe...

syairan sufi

Yarosulalloh salammun’alaik…
Yaarofi’asaaniwaddaaroji…
Kelawan Alloh kang moho suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali
Bersama Allah Yang Maha Suci
Harus pelukan siang dan malam
Dilakukan dengan tirakat riyadhoh
Dzikir dan suluk janganlah lupa
Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran

Hidupnya damai merasa aman
Sampai dirasa tandanya iman
Sabar dan menerima walau sederhana
Semua hanya takdir dari Pangeran

Kang anglakoni sakabehane
Allah kang ngangkat drajate
Senajan ashor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate

Yang bisa menjalankan semuanya
Allahlah yang mengangkat derajatnya
Walau rendah kelihatan tampaknya
Namun mulia maqom derajatnya

Lamun prasto ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Allah swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese

Jika di akhir hayatnya
Tak tersesat ruh dan jiwanya
Dihantar Allah syurga tempatnya
Utuh mayatnya dan kafannya

AL-QUR'AN

Imam Abu Hanifah RA:
Imam Abu seorang imam mazhab dari empat mazhab terkenal, ternyata juga seorang Mursyid Thariqah Sufi.

Diriwayatkan oleh seorang Faqih Hanafi al-Hashkafi, menegaskan, bahwa Abu Ali ad-Daqqaq ra, berkata, “Aku mengambil Thariqah sufi ini dari Abul Qasim an-Nashr Abadzy, dan Abul Qasim mengambil dari Asy-Syibly, dan Asy-Syibly mengambil dari Sary as-Saqathy, beliau mengambil dari Ma’ruf al-Karkhy, dan beliau mengambil dari Dawud ath-Tha’y, dan Dawud mengambil dari Abu Hanifah Ra.

Abu Hanifah dikenal sebagai Fuquha ulung, ternyata tetap memadukan antara syariah dan haqiqah. Dan Abu Hanifah terkenal zuhud, wara’ dan ahlu dzikir yang begitu dalam, ahli kasyf, dan sangat dekat dengan Allah Ta’ala, berkah Tasawuf yang diamalkannya.

Jika ada pertanyaan, kenapa para Mujtahidin itu tidak menulis kitab khusus mengenai Tasawuf, jika mereka mengikuti aliran Sufi?
Imam Asy-Sya’rany, Mujathid dan Ulama besar mengatakan, “Para Mujtahidun itu tidak menulis kitab khusus mengenai tasawuf, karena penyakit-penyakit jiwa kaum muslimin di zamannya masih sedikit. Mereka lebih banyak selamat dari riya’ dan kemunafikan. Mereka yang tidak selamat jumlahnya kecil. Hampir-hampir cacat mereka tidak tampak di masa itu. Sehingga mayoritas Mujtahidin di masa itu lebih konsentrasi pada bidang ilmu dan mensistematisir pemahaman pengetahuan yang tersebar di kota dan desa, dengan para Tabi’in dan Tabiit Tabi’in, yang merupakan sumber materi pengetahuan, sehingga dari mereka dikenal timbangan seluruh hukum, dibanding berdebat soal amaliyah qalbiyah sebagian orang yang tidak banyak muncul”.

Imam Malik Ra.
Beliau mengatakan soal tasawuf ini dengan kata-kata yang sangat popular hingga saat ini:
“Siapa yang bersyariat atau berfiqih tanpa bertasawuf, benar-benar menjadi fasiq. Dan siapa yang bertasawuf tanpa bersyariat (berfiqih) benar-benar zindiq. Siapa yang mengintegrasikan Fiqih dan Tasawuf benar-benar menapaki hakikat kebenaran.”

Imam Syafi’i Ra.
Beliau berkata: “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua: “Meninggalkan hal-hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh dengan kelembutan, dan mengikuti thariqat ahli tasawuf.”

Imam Ahmad bin Hambal Ra.
Sebelum belajar Tasawuf, Imam Ahmad bin Hambal menegaskan kepada putranya, Abdullah ra. “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak pada hadits. Anda harus hati-hati bersama orang-orang yang menamakan dirinya kaum Sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama.” Namun ketika beliau berguru kepada Abu Hamzah al-Baghdady as-Shufy, dan mengenal perilaku kaum Sufi, tiba-tiba dia berkata pada putranya “Hai anakku hendaknya engkau bermajlis dengan para Sufi, karena mereka bisa memberikan tambahan bekal pada kita, melalui ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur (Allah)”
Beliau mengatakan, “Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum Sufi.” Lalu Imam Ahmad ditanya, “Bukanlah mereka sering menikmati sama’ dan ekstase ?” Imam Ahmad menjawab, “Dakwah mereka adalah bergembira bersama Allah dalam setiap saat…”

Imam Al-Muhasiby RA.
Abu Abdullah al-Harits Al-Muhasiby, wafat tahun 243 H, diantara karyanya adalah al-Luma’ dan Kitabul Washaya, yang sangat popular diantara kaum Sufi. Beliau pernah mengatakan berhubungan dengan perjuangan dirinya dalam mencapai wushul kepada Allah, melalui jalan Tasawuf dan tokoh-tokoh Sufi, “Amma Ba’du, sudah ada penjelasan, bahwa ummat ini terpecah menjadi tujupuluh lebih golongan Diantara golongan itu ada satu golongan yang selamat, Wallahu A’lam sisanya. Dan sepanjang usia saya, sering diperlihatkan perbedaan antara ummat. Saya mengikuti metode yang jelas dan jalan utama. Aku mencari ilmu dan amal. Saya menapak jalan akhirat melalui petunjuk para Ulama, dan saya memegang ayat Al-Qur’an melalui penakwilan para fuqoha’, dan aku merenungkan urusan ummat, dan menganalisa pandangan dan mazhabnya. Saya berfikir mengenai apa yang mampu, dan betapa banyak perbedaan yang begitu mendalam yang menenggelamkan banyak orang.

Hanya sekolompok manusia yang selamat. Saya melihat bahwa mereka berpendapat bahwa golongan merekalah yang selamat.

Setelah menggambarkan berbagai kelompok mazahab dan golongan, Al-Muhasiby mengatakan:
“Kemudian aku sangat mencintai mazhab kaum Sufi dan sangat banyak mengambil faedah dari mereka, menerima adab-adab mereka karena ketaatan mereka, yang sangat lurus, dan tak seorang pun melebihi mereka. Kemudian Allah membukakan padaku bukti-bukti tasawuf, keutamaannya mencerahkan jiwaku, dan aku berharap agar keselamatan ada pada orang yang mengakuinya, atau merias dengan perilakunya. Aku sangat yakin adanya pertolongan besar bagi yang mengamalkannya, dan aku pun melihat adanya pelencengan pandangan bagi yang menentangnya. Aku juga melihat adanya kotoran yang mengerak pada hati yang menentang tasawuf, dan terlihat pula adanya argumentasi yang luhur bagi yang memahaminya. Bahkan kemudian, aku mewajibkan diriku untuk mengamalkannya. Aku meyakininya dalam akidah rahasia batinku, dan meliputinya pada kedalaman rasaku, bahkan kujadikan tasawuf itu sebagai asas agamaku, dimana aku bangun amal-amalku, lalu di bangunan itu aku mondar-mandir dengan perilaku hatiku…….”

Jumat, 25 Maret 2011

lugoh

BETAPA banyak Rasulullah saw meng­ucap­­­kan tatowwu’an dalam hadit-hadits­nya.  Namanya tatowwu’ adalah bid’ah.
 
Ketika masalah bid’ah saya ajukan pada salah seorang kyai Buntet Pesantren, beliau justru menyuruh saya untuk melihat pada kata-kata “tatowwu’. Sebab katanya,  Nabi Saw seringkali mengucap­­kan kata-kata itu. Setelah saya cek, benar!. Ditemukan lebih dari 139 kata ‘tatowwu’ dalam kutubuttis’ah. Tidak termasuk kalimat turu­nannya (tasrifan).
Tatowwu’ dalam Al Qur’an
Di dalam alquran sendiri ada dua kata tatowwu: masing-masing pada Surat Al Baqarah, 158 dan 184)
وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ الله شَاكِرٌ عَلِيمٌ
“Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyu­kuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah, 158)
 
Kedua,
فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ
“Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.” (Al Baqarah, 184).
 
Kesimpulannya, arti tatowwu, dari ter­jemah yang tertulis adalah menger­jakan suatu kebajikan.
 
Tatowwu’ dalam Hadits
Apakah tatowwu’ itu masuk dalam kategori bid’ah? Se­be­lum­nya mari kita lihat kata-kata tatowwu’ yang disabdakan Nabi saw. Saya ambil salah satu contoh dari kitab shoheh Bukhari no. Hadits 44. Hampir di semua kitab hadits termasuk dalam Kitab Muwatto Ibnu Malik banyak menulis ungkapan Nabi Saw dengan kaliamat “tatowwu’”. Di bawah ini adalah contoh dari Shoheh Bukhari h. No. 44.
 
...جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ.....  هُوَ يَسْأَلُ عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصِيَامُ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلَا أَنْقُصُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ
 
Artinya: seorang laki-laki dari Najd bertanya tentang Islam kepada Rasulullah saw lalu dijawab:
 “Ada lima sholat sehari semalam.”
“Adakah lagikah selain sholat lima waktu buatku?”
“Tidak ada! Kecuali tatowwu’ (suatu kebajian)”
“Lalu berpuasa Ramadhan” Lanjut sabda Nabi Saw yang mulia.
“Ada lagikah selain puasa ramadhan buatku?”
“Tidak ada! Kecuali tatowwu’ (suatu kebajikan)”
“Kemudian berzakat” Sabda Nabi Saw yang mulia.
“Ada lagikah selain berzakat buatku?”
“Tidak ada! Kecuali tatowwu’ (suatu kebajikan)”
 “Demi Allah, saya tidak akan menambah dan menguranginya.” Sahut lelaki itu sambil berlalu.
“Baguslah jika benar (adanya).”
 
Keterangan yang ditulis dalam kitab “Fathul Baari” itu merupakan dialog yang menjelaskan tentang Syareat Islam. Se­men­tera syahadat tidak termasuk, karena dikategorikan bukan syareat perbuatan (syarun fi’liyyah). Demikian juga syareat Haji tidak disebut karena kemungkinan belum disyareatkan atau memang perawi sengaja meringkasnya.
 
Kalimat “Illa attatowwu’ termasuk istisna muttashil. Menurut Al Qurthubi, hal ini karena menghilang­kan kewajiban (wajib nafi) bagi yang lain. Maksudnya selain sembahyang lima waktu atau lainnya tidak ada lagi kewajiban. Terkecuali melakukan sesuatu yang dianggap baik (tatowwu’). Kemudian kata Al Qurthbi, adanya istisna menunjuk­kan “nafi isbat”. Maksudnya dengan pengecualian itu, menunjukkan bahwa tatowwu’ hukumnya tidak wajib. Seolah-olah Nabi saw bersabda: “Tidak ada kewajiban sesua­tupun selain shalat lima waktu, kecuali kamu ingin ber-‘tatowwu’ maka silahkan dikerjakan.
 
Adapun ungkapan “aflaha in shodaqo” –bagus jika benar- maksudnya menurut riwayat Ismail bin Ja’far, tidak ada perubahan sifat shalat fardu seperti menambah shalat dhuhur satu rokaat, atau menambah maghrib menjadi empat rokaat. Bahkan dalam shoheh bukhari pada hadits no-1785 menyebutkan bahwa Nabi Saw bersabda; “akan masuk syurga jika (tatowwuu’) dikerjakan dengan benar.”
 
Apa sih bid’ah itu?
Kamus Al Muanawwir menulis: meru­pakan jamak dari kata “bida’un” artinya: perkara baru dalam agama; ciptaan baru; atau madzhab baru.
 
Bid’ah dalam Alqur’an menurut Tafsir Al Qurthubi, meru­pakan bid’ah yang dila­rang adalah seperti yang dilakukan oleh agama-agama pra Islam seperti berikut:
وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ
Artinya: “Dan mereka (pengikut Isa bin Maryam) mengada-adakan rahbaniy­yah (tidak beristri, tidak bersuami dan me­ngurung diri dalam biara atau seje­nisnya) padahal Kami tidak mewajib­kannya ke­pa­da mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya).” (Al Hadiid: 27).
 
Al Qurthubi dalam Tafsir Ahkamnya, me­nga­takan bahwa maksud kata: “kullu mu­had­datsin bid­’atan”, setiap yang baru adalah bid’ah, adalah sesuatu yang  tidak ada syariat me­ngesah­kannya. Jika se­suatu itu tidak ada, maka masuk dalam ayat tersebut. Katanya..
 
Bid’ah dalam Hadits
Tersebut dalam kitab Sunan An Nasai hadits no. 1560 khutbah Nabi saw:
....وشر الأمورمحدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة فى النار.....
“Sejelek-jelek masalah adalah yang baru, dan setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap yang sesat itu di neraka. (HR. An Nasai)
 
Dalam Syarah hadits ini, Sunan An Nasai lil Imam As Sayuti, mengutip perkataan Imam Nawawi: ungkapan “setiap bid’ah itu sesat” adalah perkataan umum lalu dikhususkan. Maksud­nya bid’ah itu asalnya menunjukkan umum. Sedangkan menurut ahli bahasa, “bid’ah” adalah : “kullu syai-in amalun ‘alaa ghoiri mitsaalin saabiqin” setiap sesuatu per­buatan yang tanpa contoh dari orang-orang dahulu.
 
Imam Hafidz bin Rajab dalam Kitab “Jami’ Ulum wal Hukm” seperti yang dikutip oleh kitab “Aunil Ma’bud”, me­nga­takan bahwa bida’ah itu ada dua: bid’ah lughowi dan bid’ah syarie. Adapun perkataan Nabi Saw yang mulia: Kullu bid’atin dholalah. Adalah sebuah peri­ngatan bagi umatnya akan adanya hal-hal yang baru yang dibuat-buat lalu diko­kohkan dengan sebuah peringatan: Kullu bid’atin dolalah, setiap bid’ah itu sesat.
 
Lanjut kitab itu menulis bahwa arti bid’ah adalah sesuatu yang dianggap baru yang tidak berdasar pada syariat yang menun­jukkanya. Namun jika ada dasar syariat­nya yang menunjukkan perbuatan baru itu, maka bukan dikategorikan bid’ah syariat tapi masuk bid’ah bahasa. Itulah yang diungkap oleh Nabi : “Kullu bid’atin dlolalah”. Dalam kitab Jawamiul ka­lim, sesuatu yang baru itu tidak keluar sedi­kitpun dari dalil itu.
 
Sebagaimana perkataan ulama salaf, tulis kitab tesebut, adapula istilah “istihsan”. Ia masuk dalam kategori bid’ah tapi masuk dalam kategori bid’ah bahasa bukan bid’ah syariat. Artinya, dibo­lehkan. Contoh bid’ah loghoh tapi bukan bid’ah syari adalah perkataan shahabat Umar ra:
 
“sebaik-baik bid’ah adalah ini” beliau menunjuk pada perkara baru yaitu shalat Tarawih. Beliau pun berkeyakinan jika itu bid’ah, senikmat-nikmatnya bid’ah. katanya:
إن كانت هذه بدعة فنعمة البدعة
Contoh lain yang masuk dalam kategori bid’ah bahasa tapi bukan bid’ah syariat adalah seperti yang ditetapkan oleh Utsman r.a. dalam menetapkan adzan pertama shalat Jum’at. Kemudian Sha­habat Ali kw. mengokohkan sebagai amalan kaum muslimin.
 
Mengikuti Khulafaurrasyidin
Memahami bid’ah tidak terlepas dari ketetapan Nabi saw agar kita mengikuti sahabat yang empat (khulafaurrasyidin). Sebagaimana hadits nabi saw:
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين
“Hendaknya kalian mengikuti jalanku, dan jalan para khulafaur­rasyidin yang diberi petunjuk” (Menurut Abu Isa, Hadits ini Hasan Shoheh).
 
Bid’ah antara Sistem dan Metode
Jika kita lihat contoh-contoh di atas, maka hal ini bisa disepadankan dengan kategori sistem dan Metode. Sistem yang berlaku misalnya ingin pergi ke Jakarta. Apakah hendak menggunakan jalan darat, mau cepat atau lambat  atau bahkan menggunakan kendaraan jenis apasaja. Itu semua namanya metode. Dengan sistem yang sama metode berbeda, semua akan sampai ke Jakarta. Itulah Bi’dah. Begitu jelas adanya.
 
Mengerjakan shalat sunnah oleh Nabi disebut ‘tatowwu’, Itulah sistem (prinsip syariah). Sedangkan metodenya adalah shalat apapun baik di kendaraan, di rumah, di masjid, waktu siang, pagi, sore atau malam. Semua itu diserahkan kepada kita. Karena masuk dalam kate­gori ‘tatowwu’ atau perbuatan bagus. Jika coba-coba mengubah system, mi­salnya shalat Duhur dikurangi, Magh­rib ditam­bah rokaatnya, maka itu keluar dari sistem. Karennya ditolak (dolalah!).
 
Karena itu shalat dengan berbagai waktu dan rakaat sudah ada ketentuannya. Ini masuk sistem. Lalu metodenya ada banyak nama: jika malam hari setelah tidur, disebut shalat tahajud.  Jika belum tidur, qiyamulail namanya. Perkara jenis shalatnya yang mau dikerjakan diserah­kan masing-masing. Jika pagi disebut shalat duha dan seterusnya. Bahkan banyak para ulama menulis ada banyak jenis shalat tatowwu: shalat qobliyah, ba’diyah, tahiyat masjid, isyrok, birrul walidain, tobat, tasbih, sunnah wudhu dan lain-lin itu semua masuk shalat sunnah mutlak, dan dikategorikan ‘tatowwu’.
 
Berpuasa. Ada banyak jenis puasa. Misalnya puasa rajab. Di zaman Nabi Saw tidak ada puasa ini. Tapi Nabi saw dipersilahkan melakukan puasa ‘tatowwu’an. Jadi bentuk-bentuk puasa sunnah itu masuk metode tatowwu’an. Jadi jika kita mengikuti puasa yang dikerjakan para ulama. Tidak melanggar. Karena Ulamapun sudah meneliti dan memahami betul jenis-jenis puasa ini. Karena itu sangat jelas dan gamblang bahwa tatowwu itu adalah bid’ah.
 
Berdzikir. Bacaan bagus ini tidak diragukan lagi dasar hukumnya. Dzikir disuruh dibaca anywhere, anytime, any situations (Ali Imran: 191). Jadi boleh saja dibaca pada moment muludan, marhabanan, akekahan, selapanan, tahlilan, tujuh bulanan dll. Semua istilah-istilah itu merupakan produk budaya dimana orang-orang berkumpul untuk membaca shalawat, dzikir dan baca Qur’an. Benar-benar tidak ada dalam masa Rasul saw. Namun itu semua diserahkan kepada umatnya. Karena mengacu pada kata : “tatowwu’an”.
 
Membaca shalawat. Bukankah mem­baca shalawat sistemnya sudah dibaku­kan oleh syariat (Al Ahzab: 56). Karena­nya shalawat berlaku dan menjadi syarat syah shalat. Sistem bacaanpun sudah baku dengan ucapan doa kepada Nabi saw dan diajarkan dalam banyak hadits shoheh:  “Allahumma shalli ala Muhammadin”.
 
Bahkan Allah dan malaikatpun  senan­tiasa bershalawat kepada Rasululllah saw. Lalu para ulama membuat redaksi sha­lawat. Itu baru masuk metode bersha­lawat. Sehingga berbeda jenis, nama dan waktunya: ada shalawat tafrijiyah, shala­wat nariyah, shalawat fatih dll. Semua itu disebut metode (cara/penamaan). Dan semuanya diawali dengan ucapan sperti diajarkan Rasul: “Allahumma shalli ‘alaa muhammadin”. Jika shalawat terdapat dalam al qur’an disebut shawalat yang bersyar’i maka shalawat yang masuk kategori ‘tatowwu’ adalah yang berma­cam-macam tadi.
 
Shalawat berbentuk syair. Ini pun masuk metode bershalawat. Maka lahirlah karya: Barzanji, oleh Sayyid Ja’far Al Barzanji;  Addiba’i, Natsar, Syarful Anam, Ratibul Haddad, Qasidah Burdah dan lain-lain. Semua itu adalah pengem­bangan dari metode bershalawat, karena tatowwu’ tadi.  
 
Jadi semua itu bukanlah bid’ah syari’ tetapi masuk dalam kategori bid’ah lughowi. Sebagaimana Umar dan Ustman pun melakukan bid’ah lughowi. Bagai­mana menetapkan Shalat tarawih dan adzan pertama Jum’at sebagai “ni’matul bid’ah hadzihi” inilah sebaik-baik bid’ah.
 
Singkatnya bid’ah yang disebut di atas, tidak melanggar syariat. Karena masuk dalam kategori tatowwu’. Dan bid’ah-bid’ah yang tidak melanggar syari’at itu masuk kategori ‘tatowwu’ (perbuatan baik).  Wallhu ‘alam.

Hadist Maqbul & hadist mardud

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Para ulama muhadditsin telah menetapkan suatu pengkajian yang komperenship tentang hadits. Semuanya dirumuskan dalam salah satu ilmu yang esensial dalam agama islam yakni ilmu hadits. Dalam usaha untuk menjadikan hadits sehingga bisa menjadi pegangan dan diyakini kebenarannya, maka sangatlah diperlukan pemeriksaan kerena untuk mendapatkan hadits ini tidaklah mudah perlu pengkajian tentang keberadaanya dan sumbernya. Pemahaman dan penyelidikan tersebut haruslah dilakukan dengan saksama karena persoalan tentang hadits ini secara umum berbeda dengan al-qur’an dan hadits mutawatir yang menfaedahkan secara ilmu darury. Maka dari itu, persoalan yang perlu dipahami dalam masalah ini ialah hadits ahad.
Salah satu titik pokok dari kajian dalam ilmu hadits ini ialah hal yang berkenaan dengan bidang pengetahuan hadits-hadits yang kuat dari yang lemah dan tentang hal-ihwal para perawi yang diterima haditsnya dan ditolak menghasilkan suatu kesimpulan-kesimpulan ilmiah dan istilah-istilah yang mengindikasikan keshahihan atau kedha’ifan suatu hadits.
Salah satu kajian dari penelitian tersebut ialah ditetapkannya salah satu pembagian hadits dari sisi kehujjahannya. Inilah yang dimaksud dengan hadits yang maqbul dan hadits yang mardud. Yang maqbul ialah yang memenuhi syarat untuk diterima sebagai hujjah dan yang mardud ialah yang tertolak untuk dijadikan hujjah.
B. Batasan Masalah
Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada persoalan mengenai tinjauan hadits dari sisi diterima tidaknya untuk menjadi hujjah. Yaitu hadits yang maqbul beserta permasalahan pokok yang berkaitan dengannya dan hadits mardud beserta permasalahan pokok yang berkaitan dengannya.
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini ialah untuk memberikan penjelasan kepada pembaca tentang salah satu bentuk kajian dalam ilmu hadits dari sisi diterima atau ditolaknya suatu hadits untuk dijadikan hujjah. Sehingga pambaca diharapkan bisa mengetahui tentang bagaimana maksud dari hadits yang maqbul dan mardud beserta contoh-contohnya masing-masing.
Disamping itu pembahasan ini juga dimaksudkan untuk memenuhi tugas diskusi mata pelajaran ilmu hadits kelas XII dalam topik pembahasan tentang pemahaman mangenai macam-macam hadits ditinjau dari diterima atau ditolaknya menjadi hujjah.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Maqbul dan Permasalahannya
Pengertian
Maqbul menurut bahasa adalah yang diambil, yang diterima dan yang dibenarkan. Sedangkan menurut istilah ahli hadis, hadis maqbul ialah hadis yang telah sempurna syarat-syarat penerimaannya . Adapun syarat-syarat penerimaan hadits menjadi hadits yang maqbul berkaitan dengan sanad-nya yang tersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit, dan dari segi matan yang tidak syadz dan tidak terdapat illat.[1]
Hadits maqbul ialah hadits yang dapat diterima sebagai hujjah. Jumhur ulama sepakat bahwa hadits Shohih dan hasan sebagai hujjah. Pada prinsipnya, baik hadits shohih maupun hadits hasan mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima (Maqbul). Walaupun rawi hadits hasan kurang hafalannya dibanding dengan rawi hadits shohih, tetapi rawi hadits hasan masih terkenal sebagai orang yang jujur dan dari pada melakukan dusta.
Klasifikasi Hadits Maqbul
Yang termasuk kedalam kategori hadits maqbul ialah :
  1. Hadits Shohih[2], baik shohih lidzatihi maupun shohih ligahirih.
  2. Hadits Hasan[3], baik hasan lidzatihi maupun hasan lighairihi.
Kedua macam hadits tersebut wajib diterima, namun demikian para muhaddisin dan juga ulama yang lain sependapat bahwa tidak semua hadis yang maqbul itu harus diamalkan, mengingat dalam kenyataan terdapat hadis-hadis yang telah dihapuskan hukumnya disebabkan datangnya hukum atau ketentuan lain yang juga ditetapkan oleh hadis Rasulullah SAW.
Maka dari itu, apabila ditinjau dari sifatnya. Maka hadits maqbul terbagi pula menjadi dua, yakni Hadits maqbul yang dapat diterima menjadi hujjah dan dapat pula diamalkan, inilah yang disebut dengan hadits maqbul ma’mulun bih. Disamping itu juga ada hadits maqbul yang tidak dapat diamalkan, yang disebut dengan hadits maqbul ghairu ma’mulin bih. Berikut ini adalah rincian dari masing-masing hadits tersebut yakni sebagai berikut :
Hadits Maqbul yang Ma’mul bih.
1)      Hadits Muhkam
Al-Muhkam menurut bahasa artinya yang dikokohkan, atau yang diteguhkan. Yaitu hadits-hadits yang tidak mempunyai saingan dengan hadits yang lain, yang dapat mempengaruhi artinya. Dengan kata lain tidak ada hadits lain yang melawannya. Dikatakan muhkam ialah karena dapat dipakai sebagai hukum lantara dapat diamalkan secara pasti, tanpa syubhat sedikitpun.
Kebanyakan hadits tergolong kepada jenis ini, sedangkan yang bertentangan jumlahnya sedikit.
2)      Hadits Mukhtalif.
Mukhtalif artinya adalah yang bertentangan atau yang berselisih. Sedangkan secara istilah ialah hadits yang diterima namun pada dhahirnya kelihatan bertentangan dengan hadits maqbul lainnya dalam maknanya, akan tetapi memungkinkan untuk dikompromikan antara keduanya. Kedua buah hadits yang berlawanan ini kalau bisa dikompromikan, diamalkan kedua-kaduanya.
3)      Hadits Rajih
Yaitu sebuah hadits yang terkuat diantara dua buah hadits yang berlawanan maksudnya.
4)      Hadits Nasikh
Yakni hadits yang datang lebih akhir, yang menghapuskan ketentuan hukum yang terkandung dalam hadits yang datang mandahuluinya.
Contoh dari hadits Maqbul ma’mulul bih banyak sekali. Secara garis besar pembagiannya ialah hadits yang tidak ada perlawanannya dengan hadits lain dan hadits yang terjadi perlawanan dengan hadits lain. Sebagai contoh akan dikemukakan tentang hadits yang tidak memiliki perlawanan dengan hadits lain (Hadits Muhkam) berikut ini.
“janganlah kamu larang isterimu untuk pergi kemesjid (untuk bersembahyang), tetapi sembahyang dirumah lebih baik bagi mereka” (H.R Abu Daud dari Ibnu Umar)[4]
Contoh Hadits yang memiliki perlawanan dari hadits lain tetapi salah satu dari hadits tersebut telah menghapus ketentuan hukum yang terkandung dari hadits yang turun sesudahnya (hadits  nasikh). Yakni sebagai berikut :
Barra berkata : “sesungguhnya nabi saw. pernah sembahyang menghadap baitul maqdis selama enam belas bulan”. (Riwayat Bukhari)
Hukum menghadap kiblat ke baitul maqdis itu telah dinasikhkah oleh Allah pada firmanNya :[5]
“hendaklah kamu menghadapkan mukamu kearah masjidil haram (ka’bah). (QS. Albaqarah :144)
  1. Hadits Maqbul Ghairu Ma’mul bih
1)      Hadits Mutasyabih
yakni hadits yang sukar dipahami maksudnya lantaran tidak dapat diketahui takwilnya. Ketentuan hadits mutasyabih ini ialah harus diimankan adanya, tetapi tidak boleh diamalkan.
2)      Hadits Mutawaqqaf fihi
Yakni dua buah hadits maqbul yang saling berlawanan yang tidak dapat di kompromikan, ditarjihkan dan dinasakhkan. Kedua hadits ini hendaklah dibekukan sementara.
3)      Hadits Marjuh
Yakni sebuah hadits maqbul yang ditenggang oleh oleh hadits Maqbul lain yang lebih kuat. Kalau yang ditenggang itu bukan hadits maqbul, bukan disebut hadits marjuh,
4)      Hadits Mansukh
Secara bahasa mansukh artinya yang dihapus, Yakni maqbul yang telah dihapuskan (nasakh) oleh hadits maqbul yang datang kemudian.
5)     Hadits Maqbul yang maknanya berlawanan dengan alQur’an, Mutawatir, akal yang sehat dan ijma’ ulama.
Contoh dari hadits Maqbul ghairu ma’mul bih ini salah satunya ialah tentang hadits yang bertentangan dengan akal sehat yakni berikut ini :
”Konon termasuk yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Wahyu yang diturunkan di malam hari dan nabi melupakannya disiang hari” (HR. Ibnu Abi Hatim dari Riwayat Ibnu Abbas r.a)[6]
Hadits tersebut secara akal sehat, sebab menerima anggapan bahwa nabi pernah lupa sedangkan menurut akal sehat dan putusan ijma’ nabi ialah terpelihara dari dosa dan kelupaan (ma’shum) dalam menyampaikan syariat dan wahyu.
  1. Persoalan seputar hadits Maqbul
Apabila kita mendapati dua buah hadits maqbul yang saling bertentangan maksudnya menurut lahirnya, maka :
  1. Hendaklah kita berusaha untuk mengumpulakan (mengkompromikan) kedua-duanya sampai hilang perlawanannya. Dalam hal ini apabila dapat dikumpulakan, maka kedua hadits tersebut wajib diamalkan.
  2. Kalau usaha pertama gagal, maka kita mencari, mana diantara kedua hadits tersebut yang datang lebih dahulu (Nasikh), dan mana yang datang kemudian (mansukh).[7]
  3. Kalau usaha mencari nasikh tidak pula berhasil, beralih pada penelitian  mana hadits yang lebih kuat, baik sanad ataupun matannya untuk ditarjihkan. Dalam hal ini hadits yang lebih kuat tersebut (rajih) diamalkan, sedangkan hadits yang lemah tersebut (marjuh) untuk tidak diamalkan.[8]
  4. Jika usaha terakhir juga gagal, maka hadits tersbut hendaklah dibekukan, ditinggalkan untuk pengamalannya.
  5. B. Hadits Mardud dan Permasalahannya
    1. 1. Pengertian Hadits Mardud
Secara bahasa mardud artinya ialah yang ditolak, yang tidak diterima. Secara istilah Hadits Mardud ialah hadis yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan adanya dan tidak menunjuki keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya dengan ketidakadaannya bersamaan. Dalam definisi yang ekstrim disebutkan bahwa hadis mardud adalah semua hadis yang telah dihukumi dhoif[9]
Simpulan tentang penyebab-penyebab tidak diterimanya hadits ini akan dijelaskan berdasarkan klasifikasi hadits mardud ini sebagai berikut :
2. Klasifikasi Hadits Mardud
a. Adanya Kekurangan pada Perawinya
Dalam hal ini, kekurangan pada perawinya dapat disebabkan oleh ketidakadilannya maupun kehafalannya. Yakni terbagi menjadi :
1)       Dusta (hadits maudlu)
2)       Tertuduh dusta (hadits matruk)
3)       Fasik, yaitu banyak salah lengah dalam menghafal
4)       Banyak waham (prasangka) disebut hadits mu’allal
5)       Menyalahi riwayat orang kepercayaan
6)       Tidak diketahui identitasnya (hadits Mubham)
7)       Penganut Bid’ah (hadits mardud)
8)       Tidak baik hafalannya (hadits syadz dan mukhtalith)
b. Karena sanadnya tidak bersambung
1)      Kalau yang digugurkan sanad pertama disebut hadits mu’allaq
2)      Kalau yang digugurkan sanad terakhir (sahabat) disebut hadits mursal
3)      Kalau yang digugurkan itu dua orang rawi atau lebih berturut-turut disebut hadits mu’dlal
4)      Jika tidak berturut-turut disebut hadits munqathi’
c. Karena Matan (Isi Teks) Yang Bermasalah
Selain karena dua hal di atas, kedhaifan suatu hadits bisa juga terjadi karena kelemahan pada matan. Hadits Dhaif yang disebabkan suatu sifat pada matan ialah hadits Mauquf dan Maqthu’.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan Penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hadits bila ditinjau dari diterimanya sebagai hujjah terbagi menjadi hadits maqbul dan hadits mardud.
Hadits yang dapat diterima sebagai hujjah disebut dengan hadits maqbul, dengan klasifikasinya terbagi menjadi hadits shohih dan hadits hasan. Sedangkan sebaliknya, hadits yang tidak dapat diterima sebagai hujjah disebut dengan hadits mardud, dengan klasifikasinya terbagi kepada segala macam bentuk hadits dho’if.

tampa judul

Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?
Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau sempat memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?

Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau menyadari joroknya?

Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?

Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?

Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja
Kapan kau menyadari celamu sendri?

Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab pertkaian?
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?

Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenung arti cinta saja
Kapan kau bercinta?

Kalau kau sibuk berkutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan kutbah?
Kalau kau sibuk dengan kebijakan kutbah saja
Kapan kau akan mengamalkannya?

Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja
Kapan kau kan mengenalnya?

Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja
Kapan kau mengerti arti bicara?

Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau akan memuisi?

(Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau bersatu denganNya?)

“Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban!”

Melahirkan MUHAMMAD Dalam Diri

siapakah yang mengaku umat Muhammad?
siapakah yang berharap berada di bawah panji Muhammad kelak di Padang Mahsyar?
siapakah yang mengaku cinta kepada Muhammad?
sudahkah kau lahirkan Muhammad dalam diri kalian?
sudahkah kau lahirkan sabarnya Muhammad, sopan santunnya Muhammad
ketaqwaan Muhammad, kasih sayangnya Muhammad
kalau belum, janganlah kau mengaku2 umat Muhammad.
Muhammad bukanlah utk sekedar kau agung2kan
Muhammad bukan sekedar untuk kau sebut2 namanya
tapi peneladanan sifat2 Muhammad yg lebih diperlukan
kemudian kau lahirkan dalam keseharian kalian
kepada anak, istri, orang tua, mertua, tetangga, orang sakit, yang tertimpa musibah
apa yang Muhammad sampaikan kau patuhi dan kau kerjakan
cinta itu bukanlah sekedar di bibir, tapi butuh langkah nyata
keimanan bukan sekedar dikata-kata, tapi berbuah dalam perbuatan
ketaqwaan bukan sekedar dirasa, tapi mewarnai tingkah pola
sudahkan kau kenal Muhammad yg akan kau lahirkan sifatnya melalui diri kalian?
kalau belum,, bersegeralah…
bersamaan itu, kenalilah siapa Tuhan Muhammad
setelah itu bersiaplah menuju kedamaian

QALBUN/KALBUN, SURATUN/SHIRATUN (HATI/ANJING, PATUNG/JALAN)

Malaikat tidak masuk ke rumah jika di rumah itu ada patung, atau anjing. Kisah ini menarik untuk dicermati. Aku merasa ada 3 kata yang harus dimaknai secara mendalam. Perlu diresapi. Pertama kata “rumah”. Rumah dalam cerita ini menurutku adalah simbol. Maksud sebenarnya ialah “manusia”. Kemudian kata “suratun”. Dalam kisah ini diterjemahkan sebagai “patung”. Kata ini dekat sekali bunyinya dengan “shiratun” yang berarti “jalan”. Lalu kata “kalbun” yang artinya “anjing”.Kata ini dekat sekali dengan kata “qalbun” yang artinya “hati”. Jadi terjemahan bebasnya kira-kira : Jika seseorang tidak punya “hati” maka ia tidak akan menemukan “jalan”(shiratun). Jalan apa? Jalan menujuNya. Jalan (shiratun) itu hanya ada pada “orang” (bayt) yang mempunyai “hati”(“qalbun”). Shuratun dalam cerita ini adalah simbol “ilah” lain yang disembah oleh manusia sehingga karenanya ia tidak menemukan jalan. Malaikat itu “melekat” pada diri tiap manusia, mana mungkin akan “copot” ketika akan masuk ke rumah yang ada patung atau ada anjing.

Kamis, 24 Maret 2011

ana khairun minhu

Sombong, barangkali sama tuanya dengan peradaban manusia. Iblis dikutuk dan dikeluarkan dari surga juga lantaran sombong. Ia menolak bersujud kepada Adam as, manusia pertama, karena merasa dirinya lebih baik.

"Allah berfirman: 'Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang (yang) lebih tinggi?' Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah'." (Shaad: 75--76).

"Ana khoirun minhu (saya lebih baik dari dia)," kata Iblis. Merasa diri lebih baik dari pada yang lain itulah sombong. Dan akibat sombong, iblis dikutuk.

"Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." (Shaad: 77--78).

Kita berlindung kapada Allah dari perbuatan sombong, baik dalam bentuk sifat, sikap maupun perilaku, karena ia dapat menjadi penghalang masuk jannah. Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan masuk jannah (surga) seseorang yang terdapat dalam hatinya sifat sombong (kibr) meskipun hanya sebesar biji sawi." (HR Muslim).

Berhati-hatilah kita, karena sifat, sikap, dan perilaku merasa lebih baik, lebih mulia bisa menimpa siapa saja. Seorang tokoh yang memiliki pengikut banyak, reputasi yang luas juga berpotensi untuk menyombongkan diri lantaran ketokohannya dan pengikutnya yang banyak. Seorang yang memiliki tubuh kuat, atletis, jawara, kadang tergoda memamerkan bentuk tubuhya, disamping tidak jarang gampang terpancing perkelahian, dalam urusan kecil sekalipun, hanya lantaran merasa dirinya pendekar. Seorang rupawan juga kadang tergoda untuk membanggakan kecantikannya dan meremehkan yang tidak seganteng dan secantik dirinya, bahkan sampai mencacat bentuk fisik orang lain. Seorang hartawan sering tergoda membanggakan pakainnya yang bagus, kendaraannya yang mewah, rumahnya yang mentereng dengan melihat sebelah mata pada kaum alit yang kumal, kotor, kolot dan pinggiran. Seorang pejabat yang kebetulan pangkatnya lebih tinggi kadang merasa lebih baik dari bawahannya. Presiden merasa lebih baik dari menteri, jenderal merasa lebih baik dari kopral, direktur merasa lebih baik dari karyawan dan seterusnya.

Rasa sombong juga dapat menghinggapi ilmuwan. Ilmunya setinggi langit, titelnya profesor doktor, hafal Alquran, dapat berbicara dalam banyak bahasa. Tetapi, ia tidak sabar untuk menahan dirinya merasa lebih baik dari masyarakatnya. Seorang bangsawan, karena merasa berasal dari keturunan yang mulia, aristokrat, darah biru, kadang merasa tidak sepadan jika harus bersanding, bergaul dengan yang bukan bangsawan.

Bahkan sifat sombong juga dapat menimpa seorang ahli ibadah atau ulama. Sosok yang secara kasat mata (dhahir) terlihat wara' (sangat hati-hati bersikap), zuhud (sederhana), bertahajud setiap hari, berpuasa senin-kamis, sholat rawatibnya tidak pernah tertinggal. Karena salatnya rajin sekali hingga jidatnya hitam. Namun, ternyata ia tergoda untuk menganggap dirinya orang yang paling suci, paling baik, paling takwa. Orang lain dianggap tidak ada apa-apanya dibanding dia.

Kisah Abu Dzar patut kiranya menjadi pelajaran. Suatu ketika beliau sedang marah kepada seorang laki-laki sampai terucap, "Hai anak wanita hitam." Rasulullah mendengar hal itu, kemudian bersabda, "Wahai Abu Dzar, tidak ada keutamaan bagi kulit putih atas kulit hitam," (dalam riwayat lain ditambahkan, "melainkan karena takwa"). Mendengar hal itu Abu Dzar sangat
menyesal hingga meminta orang tadi untuk menginjak pipinya. (HR Imam Ahmad).

Allah SWT berfirman : "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS, Luqman: 18).

Perihal sombong, Rasulullah mendefinisikan dalam sebuah riwayat, "Kibr (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim). Dua kata kunci: menolak kebenaran dan meremehkan manusia, itulah sombong. Ketika ada rasa ingin menonjolkan dan membanggakan diri, ketika hati kita keras menerima nasihat terlebih dari yang lebih yunior, ketika pendapat kita enggan untuk dibantah bahkan tidak jarang dipertahankan dengan dalil yang dipaksakan, ketika kita tersinggung tidak diberi ucapan salam terlebih dahulu, ketika kita berharap tempat khusus dalam sebuah majlis, ketika kita tersinggung titel dan jabatan yang dimiliki tidak disebut, maka jangan-jangan virus takabbur telah meracuni diri kita.

Imam Ghozali mengajari cara mawas diri agar tidak terjebak dalam sikap merasa lebih baik. Ketika kita melihat seseorang yang belum dewasa, kita bisa berkata dalam hati: "Anak ini belum pernah berbuat maksiat, sedangkan aku tak terbilang dosa yang telah kulakukan, maka jelas anak ini lebih baik dariku." Ketika kita melihat orang tua, "Orang ini telah beramal banyak sebelum aku berbuat apa-apa, maka sudah semestinya ia lebih baik dariku." Ketika kita melihat seorang 'alim, "Orang ini telah dianugerahi ilmu yang tiada kumiliki, ia juga berjasa telah mengajarkan ilmunya. Mengapa aku masih juga memandang ia bodoh, bukankah seharusnya aku bertanya atas yang perlu kuketahui?" Ketika kita melihat orang bodoh, "Orang ini berbuat dosa karena kebodohannya, sedangkan aku? Aku melakukannya dengan kesadaran bahwa hal itu maksiat. Betapa besar tanggung jawabku kelak.

Lantas, atas dasar apa kita membanggakan diri ? Bukankah dunia ini bersifat fana? Bukankah kekayaan, pangkat, kecantikan, keturunan, pengikut, dan ilmu merupakan anugerah Allah yang bersifat sementara dan ujian bagi setiap manusia? Perbedaan fisik manusia tidak permanen dan ditujukan untuk menguji kesabaran dan akhlak manusia. Semuanya dapat dicabut sewaktu-waktu jika Allah menghendaki. Ia pun dapat merubahnya sekejab, si cantik dapat diubah-Nya menjadi si buruk rupa, sang jagoan bisa menjadi si buta, si kaya dapat bangkrut seketika, sang pejabat menjadi penghuni penjara, dan seterusnya.

Allah hanya melihat ketakwaan seorang hamba. Bukan kekayaan, pangkat, fisik atau keturunan. Maka sungguh rugi kalau masih ada anak manusia yang masih merasa ana khairun minhu (saya lebih baik dari dia).

Rabu, 23 Maret 2011

SURI TAULADAN KISAH UWAIS ALQORNI - RAHSIA MENGAPA KITA MESTI TAAT, HORMAT DAN MENYAYANGI IBU BAPA..

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa'at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa'at sejumlah qobilah Robi'ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan syurga tak ada yang ketinggalan karenanya. Dia adalah "Uwais al-Qarni". Ia tak dikenal banyak orang dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai sakit jiwa, pencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha' negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya, memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik, karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata, "Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari meminta-minta pasti dari mencuri".


Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak keluarga kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala kambing dan lembu dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.

Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi Pertempuran Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat?

Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat memerlukankan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.

Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata, "Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina 'Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais.

Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang.

Tapi, bilakahkah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman," Engkau mesti lekas pulang".

Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina 'Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rosulullah SAW, sayyidatina 'Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi sayyidatina 'Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rasulullah SAW bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya." Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. dan sayyidina [[Umar bin Khattab] r.a. dan bersabda, "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.

Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? "Abdullah", jawab Uwais.

Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?" Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais al-Qorni".

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka.

Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, "Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, "Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda".

Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais, waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air.

Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai waliyullah," Tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi, "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!" Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,

"Apa yang terjadi ?"

"Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.

"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" katanya.

"Kami telah melakukannya. "

"Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaani rrohiim!"

Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut.

Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami.

"Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat.

Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir."

"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya.

"Ya, "jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah.

Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.

Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.

Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit

Munajat Kesabaran

Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu
Allahumma ya Allah
Curahkanlah kami kesehatan agar kami mampu menjalankan amanah-Mu
Curahkanlah kami keteguhan agar kami mampu tegar menerima amanah-Mu
Curahkanlah kami kesabaran agar kami mampu menerima segalanya
Lapangkanlah hati kami agar kami ikhlas menerima tugas-tugas-Mu
Ya Allah
beri kami kesabaran seperti sabarnya Nabi Ibrahim tatkala diuji kecintaannya
Nabi Ismail tatkala hendak dikorbankan
Nabi Yunus tatkala dilempar ke tengah lautan
Nabi Yusuf tatkala di penjara
Nabi Ayub tatkala menderita sakit
Nabi Muhammad tatkala menegakkan ajaran-Mu

Kata-kata Bijak

Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain

Kejujuran adalah perhiasan jiwa yang lebih bercahaya daripada berlian

Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya, sedangkan berpikir tanpa belajar adalah berbahaya.

Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.

Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.

Orang yang berjiwa besar teguh pendiriannya, tetapi tidak keras kepala.

Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa.

Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja.

Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja.

Melihatlah ke atas untuk urusan akhiratmu dan melihatlah ke bawah untuk urusan duniamu maka hidup akan tenteram.

Seseorang yang oprimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.

Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah petunjuk-Nya.

Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.

Bekerja atas dorongan cinta akan terasa senang tiada jemu dan lelah.

Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.

Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.

Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna.

Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.

Jika seseorang tidak mencintai anda janganlah dia anda benci, karena mungkin akan tumbuh benih cinta kembali.

Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah.

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.

Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika mulai dari diri sendiri.

Jika rasa cinta terbalas, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidup lebih berharga dengan belas Kasih-Nya.

Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.

Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan.

Jika rasa cinta itu tak terbalas maka bersukurlah, karena anda akan dipilihkan Allah yang lebih baik.

Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.

Sifat orang yang berlilmu tinggi adalah merendahkan hari kepada manusia dan takut kepada Tuhan.

Contoh yang baik adalah nasehat terbaik (Fuller)

Jika kita melayani, maka hidup akan lebih berarti (John Gardne)

Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. - Bung Karno

Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari; dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri. - Mary Mccarthy

Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. - Nabi Muhammad Saw

Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain daripada ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan- kepentingan yang lebih besar. - La Roucefoucauld

Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu. - Benjamin Franklin

Hati yang penuh syukur, bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan pula induk segala kebajikan yang lain. - Cicero

Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda. - Dale Carnegie

Istilah tidak ada waktu, jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasarnya kita semuanya memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan ialah membagi waktu dengan lebih cermat. - George Downing

Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer. - Sydney Harris

Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. - Nabi Muhammad Saw

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. - William Feather

Dalam masalah hati nurani, pikiran pertamalah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang paling baik. - Robert Hall

Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri. - Martin Vanbee

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. - Ernest Newman

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. - Aldus Huxley

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai. - Schopenhauer

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. - Andrew Jackson

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. - Evelyn Underhill

Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan. - Johan Wolfgang Goethe

Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika orang sudah mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan. - Sir Francis Bacon

Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya; tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil di pandangnya walaupun bagaimana besarnya. - Jalinus At Thabib

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu. - Marcus Aurelius

Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain. - Thomas Hardy

Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak. - Benjamin Franklin

Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih. - Lao Tse

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah. - Abu Bakar Sibli

Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita segera akan melihat bentuk aslinya. - Joseph Addison

Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain. - William Wordsworth

Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah. - Kahlil Gibran

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. - Alexander Pope

Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda. - Heather Pryor

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. - Thomas Alva Edison

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri. - Muhammad Ali

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. - Confusius

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah. - Abu Bakar Sibli

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. - Mahatma Gandhi

Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ~ Nabi Muhammad SAW

Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. ~ Nabi Muhammad SAW

Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia. ~ Nabi Muhammad SAW

Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. ~ Nabi Muhammad SAW

Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. ~ Imam Al Ghazali

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. ~ Khalifah 'Umar

Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan. ~ Ibnu Mas'ud

Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. ~ Khalifah 'Ali

Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. ~ Ibnu Mas'ud

Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. ~ Khalifah 'Ali

Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku. ~ Khalifah 'Umar

Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. ~ Imam An Nawawi

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~ Khalifah 'Umar

Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. ~ Bediuzzaman Said Nursi

Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa. ~ Bediuzzaman Said Nursi

Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg. ~ Bediuzzaman Said Nursi

Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan. ~ Bediuzzaman Said Nursi

Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup. ~ Bediuzzaman Said Nursi

Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya. ~ Johann Wolfgang von Goethe

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. ~ Johann Wolfgang von Goethe

Kearifan ditemukan hanya dalam kebenaran. ~ Johann Wolfgang von Goethe

Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang. ~ Einstein

Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian. ~ Einstein

Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya; hidup dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang. ~ Einstein

Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya - langit bertaburkan bintang di atas dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya. ~ Einstein

Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkupi perasaan rendah hati. ~ Einstein

Sungguh sedikit mereka yang melihat dengan mata mereka sendiri dan merasakan dengan hati mereka sendiri. ~ Einstein

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. ~ Einstein

Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung. ~ Einstein

Tidak semua yang dapat menghitung dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung dapat menghitung. ~ Einstein

Benar, engkau adalah seorang raja penguasa dunia. Semua orang menunjukkan kesetiaannya padamu! Lalu bagaimana? Esok kamu akan di baringkan di kubur sebagai rumahmu. Dan dari segala arah, orang-orang akan melemparkan debu ketubuhmu menutupimu.

Walaupun engkau dijadikan raja penguasa dunia, engkau tidak akan lari dari kematian, dan meninggalkan dunia untuk para musuhmu walaupun hari ini wajahmu tersenyum, esok hal itu pasti akan membuatmu bersedih.

Aku melihat manusia datang kedunia lalu pergi jauh, Dunia dan harta selalu berpindah, dengan sayap-sayap yang sama untuk terbang.

Dunia tidak tetap dengan seorang yang hidup di mana pun, juga tidak ada seorang pun yang hidup selamanya menikmati kesenangannya, kematian dan penderitaannya bagaikan dua ekor kuda yang berlari cepat ke arah manusia, untuk menginjak-injak mereka dan melahap mereka.

Hai bodoh, yang terpedaya oleh daya tarik dunia! Pikirkanlah dan ambillah sesuatu (kebaikan) dari dunia ini untuk, menolongmu di akhirat.

Aku tersesat dalam kelalaian, sedang kematian bergerak kearahku, semakin lama semakin mendekat. Jika aku tidak mari hari ini, aku pasti mati esok.

Aku manjakan tubuhku dengan pakaian-pakaian halus dan mewah, sedikit berpikir bahwa itu akan membusuk dan hancur dalam kubur.

Aku bayangkan tubuhku remuk menjadi debu dalam lubang kubur, Di bawah gundukan tanah. Keindahan tubuhku akan berangsur-angsur hilang, sedikit demi sedikit berkurang hingga tinggallah kerangka, tanpa kulit dan daging.

Aku melihat detik-detik kehidupan lambat laun habis, namun keinginan-keinginanku masih belum terpenuhi. Suatu perjalanan panjang terbentang di hadapanku, sedangkan aku tiada bekal untuk jalan itu.

Aku menentang Tuhanku, melanggar perintah-perintah-Nya terang-terangan, sementara Ia mengawasiku setiap saat.

Aduh! Aku memperturutkan hatiku dalam perbuatan-perbuatan yang memalukan! Ah! Apapun yang telah terjadi tak dapat dihapuskan dan waktu bila telah berlalu tidak dapat ditarik kembali.

Ah! Aku berdosa secara rahasia, tidak pernah orang laun mengetahui dosa-dosaku yang mengerikan. Tetapi esok, rahasia dosa-dosaku ditampakan dan dipertunjukan kepada Tuhanku.

Ah! Aku berdosa terhadap-Nya, walaupun hati merasa takut, namun aku sangat mempercayai ampunan-Nya yang tak terbatas, aku ber-dosa dan tak tahu malu, dengan berani bergantung kepada ampunan-Nya yang tak terbatas.

Siapa lagi selain Dia, yang akan mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Ia patut bagi segala pujian! Seandainya tidak ada adzab setelah kematian. Tiada janji akan surga, tiada ancaman akan neraka. Kematian dan kebusukan cukup sebagai peringatan, agar kita menjauhi sia-sia. Namun akal kita bebal. Kita tidak mengambil peringatan apa pun. Sekarang tiada harapan lagi bagi kita, kecuali Yang Maha Pengampun mengampuni dosa-dosa kita, karna bila seorang hamba berbuat salah, hanyalah Tuhannya, tanpa seorangpun yang mengampuninya tak diragukan lagi aku adalah yang terburuk dari semua hamba-Nya.

Aku yang menghianati perjanjianku dengan Tuhanku yang dibuat di keabadian. Dan, adalah hamba yang cakap yang janji-janjinya tak berarti. Tuhanku, akan bagaimanakah nasibku, ketika api membakar tubuhku? Api yang melelehkan batu yang paling keras!

Ah! Aku sendiri ketika dibangkitkan dari kubur (tanpa seorangpun yang menolongku pada hari itu). Wahai Engkau, Yang Maha Esa yang tiada sekutu terhadap keagungan-Mu. Belas kasihanillah kesendirianku, karna ditinggalkan oleh segalanya.

Sungguh jalanan paling licin yang bahkan kaki ulamapun tergelincir di atasnya adalah ketamakan.

Tiada yang lebih baik dari dua kebaikan : Beriman pada Allah dan bermanfaat bagi manusia. Tiada yang lebih buruk dari dua kejahatan : Syirik pada Allah dan merugikan manusia.

Tiga tanda kesempurnaan iman : Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran. Kalau senang, senangnya tidak membawanya pada kebatilan. Ketika mampu membalas, ia memafkan.

Tertipulah yang melakukan tiga perkara : Membenarkan apa yang tak terjadi, mengandalkan orang yang tidak dipercaya, dan menghasratkan apa yang tak dimiliki.

Dengannya Allah kuburkan kedengkian; Dengannya Allah padamkan permusuhan; Melaluinya diikat persaudaraan; Yang hina dimulyakan. Yang tinggi direndahkan.

Berbagi rezeki dengan tulus, berbakti pada orang tua, berbuat baik pada sesama, mengubah duka menjadi bahagia dan menambah usia.

Semua ilmu ada pokok bahasannya. Pokok bahasan ilmu para Nabi adalah manusia... Mereka datang untuk mendidik manusia.

Orang paling baik adalah orang yang kita harapkan kebaikannya dan kita terlindung dari keburukannya.

Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.

Nabi ditanya bermanfaatkah kebajikan setelah dosa? Ia menjawab: Taubat membersihkan dosa, kebaikan menghapuskan keburukan.

Manusia Paling baik adalah orang yang dermawan dan bersyukur dalam kelapangan, yang mendahulukan orang lain, bersabar dalam kesulitan.

Tiga manusia tidak akan dilawan kecuali oleh orang yang hina: orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya, orang cerdas cendikia dan imam yang adil.

Tiada musibah yang ,ebih besar daripada meremehkan dosa-odsamu dan merasa ridho dengan keadaan rohaniahmu sekarang ini.

Hati Adalah Ladang. Sesungguhnya setengah perkataan itu ada yang lebih keras dari batu, lebih tajam dari tusukan jarum, lebih pahit daripada jadam, dan lebih panas daripada bara. Sesungguhnya hati adalah ladang, maka tanamlah ia dengan perkataan yang baik, karna jika tidak tumbuh semuanya (perkataan yang tidak baik), niscaya tumbuh sebahagiannya.

Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub kerana suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu. (Sayidina Abu bakar)

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu: Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna (Sayidina Abu Bakar)

Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki. (Sayidina Umar bin Khattab)

Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. (Sayidina Umar bin Khattab)

Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima? (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu'. Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia. Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur'an tanpa mengambil pangajaran daripadanya. Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara'. Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi. Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki. Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara', sedang orang yang tidak wara' itu bererti hatinya mati. (Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah: Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa). Segala perkara dihadapaiya dengan sabar dan tabah. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. (Sayidina ustman bin Affan)

Larangan Berselisih

Allah SWT berfirman, "Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelab datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri," (Al-Baqarah: 213). 
Allah SWT juga berfirman, "Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya," (Ali Imran: 19). Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Janganlah kalian saling berselisih. Sesungguhnya yang mengakibatkan binasa ummat-ummat sebelum kalian adalah karena saling berselisih," (HR Bukhari [5062]).
Diriwayatkan dari Al-Bara' bin 'Azib r.a. berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Janganlah kalian saling berselisih yang mengakibatkan hati kalian juga berselisih’,” (Shahih, HR Abu Dawud [664], an-Nasai [11/90]) .
Kandungan Bab:
  1. Berselisih dalam masalah agama, bertengkar dalam masalah ilmu merupakan tradisi kaum yang mendapat kemurkaan Allah dan kaum yang sesat, yakni Yahudi dan Nasrani. Perbuatan seperti itu juga merupakan sebab kehancuran. 
  2. Perselisihan lahiriyah dapat mengakibatkan perselisihan bathin, demikian pula sebaliknya. 
  3. Ilmu syari'i merupakan sebab persatuan dan kesepakatan, bukan jalan untuk berselisih dan berpecah-belah.
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/230-231. Oleh: jafar aljufree

Larangan Berdebat Jidal dan bertengkar Khususnya dalam Masalah Al-Quur'an

Allah SWT berfirman, “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (darimu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan,” (Al-Baqarah: 204-205). 
Allah SWT berfirman, “Maka sesungguhnya, telah kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang,” (Maryam: 97). Allah SWT berfirman, “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar,” (Az-Zukhruf : 58).
Diriwayatkan dari Abu Umamah r.a., ia berkata: “Rasulullah saw .bersabda, ‘Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk kecuali karena mereka gemar berdebat. Kemudian Rasulullah saw. membacakan ayat, ‘Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.’ (Az-Zukhruf: 58).” (Hasan, HR Tirmidzi [3253], Ibnu Majah [48], Ahmad [V/252-256], dan Hakim [II/447-448]).
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras penantangnya lagi lihai bersilat lidah’.” (HR Bukhari [2457] dan Muslim [2668]).
Diriwayatkan dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, “Umar pernah berkata kepadaku, ‘Tahukah engkau perkara yang merobohkan Islam?’ ‘Tidak! Jawabku.’ Umar berkata, ‘Perkara yang merobohkan Islam adalah ketergelinciran seorang alim, debat orang munafik tentang Al-Qur’an dan ketetapan hukum imam yang sesat’.” (Shahih, HR Ad-Darimi [I/71], al-Khatib al-Baghdadi dalam kitab al-Faqiih wal Mutafaqqih [I/234], Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd [1475], Abu Nu’aim dalam al-Hilyah [IV/196]).
Diriwayatkan dari Abu Ustman an-Nahdi, ia berkata, “Aku duduk di bawah mimbar Umar, saat itu beliau sedang menyampaikan khutbah kepada manusia. Ia berkata dalam khutbahnya, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya, perkara yang sangat aku takutkan atas ummat ini adalah orang munafik yang lihai bersilat lidah’.” (Shahih, HR Ahmad [I/22 dan 44], Abu Ya’la [91], Abdu bin Humaid [11], al-Firyabi dalam kitab Shifatul Munaafiq [24], al-Baihaqi dalam Syu’abul Iimaan [1641]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah saw., “Perdebatan tentang Al-Qur’an dapat menyeret kepada kekufuran.” (HR Abu Daud [4603], Ahmad [II/286, 424, 475, 478, 494, 503 dan 528], Ibnu Hibban [1464]).
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amru r.a., ia berkata, “Pada suatu hari aku datang menemui Rasulullah saw pagi-pagi buta. Beliau mendengar dua orang lelaki sedang bertengkar tentang sebuah ayat. Lalu beliau keluar menemui kami dengan rona wajah marah. Beliau berkata, ‘Sesungguhnya, perkara yang membinasakan ummat sebelum kalian adalah perselisihan mereka al-Kitab’.” (HR Muslim [2666]).
Diriwayatkan dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya (yakni ‘Abdullah bin ‘Amru r.a.), bahwa suatu hari Rasulullah saw. mendengar sejumlah orang sedang bertengkar, lantas beliau bersabda, “Sesungguhnya, ummat sebelum kalian binasa disebabkan mereka mempertentangkan satu ayat dalam Kitabullah dengan ayat lain. Sesungguhnya Allah menurunkan ayat-ayat dalam Kitabullah itu saling membenarkan satu sama lain. Jika kalian mengetahui maksudnya, maka katakanlah! Jika tidak, maka serahkanlah kepada yang mengetehuinya.” (Hasan, HR Ibnu Majah [85], Ahmad [II/185, 195-196], dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah [121]).
Kandugan Bab: 
  1. Ayat-ayat dan hadits-hadits yang kami sebutkan di atas secara tegas melarang jidal dan perdebatan. (Akan tetapi) siapa saja yang mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah serta atsar para Salaf tentu akan mendapati anjuran beradu argumentasi dan berdebat. Di antaranya adalah firman Allah SWT, “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (An-Nahl: 125). Dan firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik,” (Al-Ankabuut: 46).
    Ayat-ayat dalam Kitabullah tidaklah bertentangan satu sama lainnya, bahkan saling membenarkan. Dari situ dapatlah kita ketahui bahwa jidal dan debat yang dicela dalam Al-Qur’an tidak sama dengan jidal dan debat yang dianjurkan. Jidal dan debat itu ada yang terpuji dan ada yang tercela. Kedua jenis itu sama-sama disebutkan dalam Al-Qur’an. Adapun jidal yang tercela disebutkan dalam firman Allah SWT, “(Yaitu) orang orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang beriman.” (Ghaafir: 35).
    Jadi jelaslah, jidal yang tercela itu adalah jidal tanpa hujjah, jidal dalam membela kebathilan dan berdebat tentang Al-Qur’an untuk mencari-cari fitnah dan takwil bathil.
    Adapun jidal yang terpuji adalah nasihat untuk Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, para imam dan segenap kaum Muslimin. Nabi Nuh as sering beradu argumentasi dengan kaumnya hingga beliau menegakkan hujjah atas mereka dan menjelaskan kepada mereka jalan yang benar.
    Allah SWT berfirman, "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami,” (Huud: 32).
    Demikianlah sunnah Rasulullah saw. dan sirah (sejarah hidup) generasi Salaf terdahulu r.a. Jadi jelaslah, jidal yang terpuji tujuannya adalah membela kebenaran dan untuk mencari kebenaran, untuk menampakkan kebathilan dan menjelaskan kerusakannya. Adapun jidal yang tercela adalah sikap menentang dan bersitegang urat leher dalam adu argumentasi untuk membela kebathilan dan menolak kebenaran.
  2. Ibnu Hibban berkata (IV/326), “Jika seseorang berdebat tentang Al-Qur’an, maka apabila Allah tidak melindunginya ia akan terseret kepada keraguan dalam mengimani ayat-ayat mutasyabihat. Jika sudah disusupi keraguan, maka ia akan menolaknya. Rasulullah saw. menyebutnya sebagai kekufuran yang merupakan salah satu bentuk penolakan yang berpangkal dari perdebatan.”
  3. Oleh sebab itu, seorang Muslim harus mengimani seluruh ayat-ayat Al-Qur’an, yang muhkam maupun yang mutasyaabih. Karena semuanya berasal dari Allah. Jika ia tidak mengetahui, hendaklah bertanya kepada ahli ilmu atau menyerahkan masalah kepada orang yang mengetahuinya. Ia tidak boleh bertanya kepada orang yang tidak mengetahuinya.
  4. Perselisihan tentang Al-Qur’an dapat menyeret kepada sikap mempertentangkan satu ayat dengan ayat lainnya. Kemudian dari situ akan muncul sikap melepaskan diri dari hukum-hukumnya dan mengubah hukum halal haramnya. Kemudian akan berlakulah sunnatullah pada ummat terdahulu atas orang-orang yang saling berselisih itu, yakni kebinasaan dan kehancuran. Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/210 - 215.
    Oleh: Ja'far aljufree